BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Hakekat Ilmu Antropologi
1.
Pengertian Ilmu Antropologi.
Secara harfiyah, antropologi berasal dari
bahasa Yunani yaitu antropos yang berarti manusia dan logos berarti studi atau
ilmu. Antropologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang manusia.
Pengertian antropologi menurut beberapa ahli sebagai berikut:
a)
Hunter
: antropologi merupakan sebuah ilmu yang lahir dari rasa ingin tahu yang tak
terbatas dari manusia.
b)
Koentjaraningrat:
antropologi merupakan studi tentang manusia pada umumnya dengan mempelajari
berbagai warna, bentuk, fisik, masyarakat dan budaya yang dihasilkan.
c)
Haviland:
antropologi merupakan studi tentang manusia, berusaha untuk menuyusun
generalisasi yang berguna tentang orang-orang dan perilaku mereka dan untuk
mendapatkan pemahaman yang lengkap dari keragaman manusia.
Jadi, antropologi yaitu sebagai ilmu yang mempelajari tentang
manusia baik dari segi budaya, perilaku, maupun keanekaragaman, atau dengan
kata lain ilmu tentang manusia, masa lalu dan kini, yang menggambarkan manusia
melalui pengetahuan ilmu sosial, alam dan humaniora.[1]
Ilmu antropologi terbagi ke dalam 5 sub ilmu yang mempelajari:
a)
Masalah
asal dan perkembangan manusia atau evolusinya secara biologis
b)
Masalahterjadinya
perkembangan dan persebaran aneka ragamkebudayaan manusia.
c)
Masalah
terjadinya aneka ragam ciri fisik manusia
d)
Masalah
asal perkembangan dan persebaran aneka ragam bahasa yang diucapkan di seluruh
dunia
e)
Masalah
mengenai asa dari masyarakat dan kebudayaan manusia dari aneka ragam suku
bangsa yang tersebar di seluruh dunia masa kini.[2]
2.
Sejarah antropologi di Indonesia
Para ahli antropologi mempelajari tentang budaya manusia.Mereka
tertarikdengan kebudayaan prasejarah (kebudayaan yang diciptakan sebelum
lahirnya zaman sejarah) juga kebudayaan pada zaman modern saat ini.Mereka
mengkaji kebudayaan pada semua tingkat perkembangan teknologi, dari zaman
berburu dan zaman pengumpulan makanan (food gathering) sampai zaman
bercocok tanam dan zaman industri.[3]
Setelah selesai perang kemerdekaan Indonesia, pada awal 1950,
Indonesia memasuki zaman baru sebagai sebuah bangsa yang merdeka, lepas dari
colonial, mempunyai pemerintahan sendiri yang dijalankan oleh bangsa Indonesia
sendiri.Tetapi bagi sebagian kecil peneliti antropologi asing, Indonesia masih
merupakan lapangan penelitian tradisional.Mereka pergi ketempat-tempat tersuruk
di Pulau Seram seperti yang dilakukan Roy Ellen, atau ke hutan-hutan di Jambi
dan Riau seperti yang dilakukan Sandbukt. Namun sebagian besar yang lain sudah
dengan tema-tema yang baru, khususnya tema-tema pembangunan.[4]
3.
Tokoh-Tokoh Ilmu Antropologi
a) Franz Boas (1859-1942)
Franz Boas dihormati sebagai pendiri
antropologi modern dan bapak antropologi Amerika yang lahir pada tanggal 9 Juli
1858 di Jerman. Hasil karyanya yaitu The Mind Of Primitive Man, Antrhopology
and Modern Life, dan Race, Language, and Culture.
b)
Margaret
Mead (1901-1978)
Margaret Mead adalah seorang pelopor
antropologi budaya, lahir pada tanggal 16 Desember 1901 di Philadelphia. Hasil
karyanya yaitu Coming Of Age In Samoa, Growing Up In Guinea, Sex and
Temperament In Three Primitive Societies.
c)
Ruth
Benedict (1877-1948)
Ruth
Benedict adalah seorang antropolog budaya terkenal dari Amerika.Antropolog ini
lahir 5 Juni 1877 di New York City. Karyanya adalah Zuni Mithology, Science and
Politics, Patterns Of Culture.
d)
Ralph
Linton (1893-1953)
Ralph Linton merupakan salah satu
antropolog budaya terkenal.Lahir pada tanggal 27 Februari 1893 di Philadelphia.
Karyanya adalah The Study Of Man, The Tree Of Culture.
e)
Claude
Levi-Strauss (1908-2009)
Lahir pada tanggal 28 November 1908
di Paris.Ia memiliki minat pada bidang antropologi struktural. Karyanya adalah
Structural Antrhopology, Totemism, The Raw and The Cooked, The Savage Mind.[5]
B.
Ruang Lingkup Ilmu Antropologi
Menurut March
Swariz dan David K. Jordan, ruang lingkup antropologi adalah:
1.
Asal
manusia dari periode eke periode
2.
Perkembangan struktur fisik dan pengaruhnya
terhadap lingkungan.
3.
Bertugas
untuk memahami manusia secar utuh.[6]
Pada
dasarnya, antropologi mengkhususkan kajiannya tentang ciri dan sifat masyarakat
(sebagai satu kesatuan social dan kebudayaan), bagaimana manusia berhubungan
satu sam lain, dan bagaimana masyarakat berubah sepanjang zaman.Melalui
antropologi, diharapkan hasil didikan dapat berkiprah dan dapat diterima oleh
masyarakat setelah memahami ciri dan sifat budaya masyarakat.
Menurut
Nur Syam, ruang lingkup kajian antropologi terpilah atas antropologi fisik,
antropologi budaya, dan antropologi social. Antropologi fisik mengkaji tentang
keanekaragaman ciri khas fisik manusia dan perkembangannya.Ciri fisik itu
meliputi warna kulit, tinggi badan, golongan darah, dan anggota tubuh
lainnya.Sedangkan antropologi budaya mengkaji manusia dalam dimensi budaya yang
dimilikiny meliputi bahasa tulisan, kesenian, system pengetahuan, dan totalitas
kehidupan manusia.Adapun antropologi social mengkaji tentang prinsip-prinsip
persamaan dan keanekaragamn budaya masyarakat. Dengan generalizing approachinilah
muncul sub bidang antropologi antara lain:
1.
Antropologi
kehutanan
2.
Antropologi
kesehatan
3.
Antropologi
agama
4.
Antropologi
pendidikan.[7]
Karakteristik
Kajian Antropologi
Sejak lama manusia, terutama para
ahli ilmu sosial dan para filsuf, mempertanyakan ”sebenarnya siapa manusia itu,
dari mana manusia itu berasal, dan mengapa berperilaku seperti yang mereka
lakukan”. Pertanyaan tersebut terus berkumandang sampai metode ilmiah ditemukan
dan menjadi salah satu cara dalam menemukan sesuatu. Antropologi yang menjadi
salah satu ilmu yang terkait dengan itu berusaha juga untuk menjawab pertanyaan
di atas.Sebelumnya, masyarakat memperoleh jawaban atas pertanyaan di atas dari
mite (myth) dan cerita rakyat (folklore) yang diturunkan dari generasi ke
generasi.[8]
Mite atau legenda merupakan unsur
sastra yang masih dipercayai kebenarannya oleh para pendukung sastra tersebut.
Mereka percaya saja pada apayang diceritakan secara turun-temurun oleh orang
tua atau nenek kakek mereka. Setiap suku bangsa memiliki kepercayaan sendiri
atas siapa sebenarnya manusia itu, dari mana mereka berasal, dan mengapa mereka berperilaku seperti yang
mereka lakukan. Orang yang tinggal di pegunungan biasanya beranggapan bahwa
nenek moyang mereka berasal dari puncak gunung (bagian atas) yang memang sulit
dijangkau oleh manusia biasa.Sedangkan bagi orang-orang yang tinggal di sekitar
laut seperti para nelayan biasanya beranggapan bahwa nenek moyang mereka berasal
dari laut yang paling dalam.
Antropologi sebagai sebuah ilmu,
sudah sekitar 200 tahun yang lalu berupaya mencari jawaban atas pertanyaan di
atas.Antropologi kemudian dikenal sebagai ilmu yang mempelajari makhluk manusia
(humankind) di mana pun dan kapan pun. Para antropolog mempelajari homo
sapiens, sebagai spesies paling awal, sebagai nenek moyang, dan sesuatu
(makhluk) yang memiliki hubungan terdekat dengan makhluk manusia, untuk
mengetahui kemungkinan siapa nenek moyang manusia itu, dan bagaimana mereka hidup.
Perhatian utama dari para antropolog adalah merupakan upaya mereka mempelajari
manusia secara hati-hati dan sistematis. Beberapa orang menempatkan antropologi
sebagai ilmu sosial atau ilmu perilaku. Akan tetapi di lain pihak beberapa
orang mempertanyakan sejauh mana kajian antropologi dapat diakui sebagai ilmu
pengetahuan (science).
Ilmu pengetahuan adalah suatu metode atau cara
yang bersifat berpengaruh dan tepercaya guna memahami fenomena di dunia ini.
Ilmu pengetahuan berupaya mencari penjelasan mengenai berbagai fenomena yang
dapat teramati (observed) untuk menemukan prinsip-prinsip atau hukum-hukum yang
berlaku universal atas fenomena tersebut. Ada dua ciri mendasar dari ilmu
pengetahuan, yaitu imajinasi (imagination) dan skeptisisme (skepticism).
Imajinasi berhubungan dengan kemampuan berpikir untuk mengarahkan kita keluar
dari ketidakbenaran, yaitu dengan cara mengusulkan hal-hal baru untuk
menggantikan hal-hal yang lama atau ketidakbenaran itu. Skeptisisme adalah pemikiran yang membimbing
kita untuk dapat membedakan antara sebuah fakta (fact) dan khayalan (fancy).[9]
Sebuah kebenaran yang dihasilkan
melalui sebuah khayalan bukanlah ilmu pengetahuan.Ilmu pengetahuan membangun
kebenaran berdasarkan pengkajian empiris melalui uji hipotesis, yang kemudian
menghasilkan sebuah teori.Sebuah kebenaran atau teori dalam ilmu pengetahuan
bukanlah kebenaran absolut tetapi hanya sebagai sebuah pilihan kebenaran yang
paling diakui tentang sebuah fenomena.Tanpa metode ilmiah suatu ilmu
pengetahuan bukanlah ilmu, melainkan hanya suatu himpunan pengetahuan saja
tentang berbagai fenomena baik alam ataupun masyarakat karena tidak berusaha
untuk mencari kaidah hubungan antara satu gejala dengan gejala lainnya.[10]
Pendekatan Ilmu Antropologi
a)
Pendekatan
holistic
Pendekatan ini digunakan oleh para pakar antropologi apabila mereka
sedang mempelajari kebudayaan sauatu masyarakat.Kebudayaan dipandang sebagai
keutuhan, setiap unusur didalamnya mungkin dipahami dalam keadaan terpisah dari
keutuhan tersebut.
b)
Pendekatan
komparatif
Pendekatan komparatif merupakan pendekatan yang unik untuk
mempelajari kebudayaan masyarakat yang belum mengenal baca tulis.
c)
Pendekatan
historic
Pendekatan historik pengutamaan unsur-unsur kebudayaan.Para ilmuwan
antropologi tertarik pada historik dari unsur-unsur kebudayaan dan setelah itu
tertarik pada unsur kebudayaan yang unik dan khusus.[11]
Tujuan Dan Manfaat Ilmu Antropologi
Sebagai
ilmu yang membahas tentang manusia, antropologi pada hakikatnya mempunyai tiga
tujuan utama, yaitu:
a)
Mendeskripsikan
selengkap mungkin tata cara kehidupan kelompok manusia dari berbagai sudut
belahan bumi pada setiap periode dan karakter fisik manusia yang hidup pada
kelompok itu.
b)
Memahami
manusia sebagai kelompok tertentu secara keseluruhan.
c)
Untuk
menemukan prinsip-prinsip umum tentang gaya hidup manusia serta bagaimana gaya
hidup itu terbentuk.
Berpijak pada tujuan dalam mempelajari antropologi tersebut, dapat dikemukakan
terdapat empat nilai guna dalam mempelajari antropologi yaitu:
a)
Dapat
mengetahui pola perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat secara universal
maupun perilaku manusia pada tiap-tiap masyarakat.
b)
Dapat
mengetahui kedudukan serta peran yang harus dilakukan sesuai dengan harapan
warga masyarakat dari kedudukan yang disandang.
c)
Akan
memperluas wawasan terhadap tata pergaulan umat manusia diseluruh dunia yang
mempunyai kekhususan yang sesuai dengan karakteristik daerahnya, sehingga
menimbulkan toleransi yang tinggi.
d)
Dapat
mengetahui berbagai macam priblema dalam masyarakat, baik yang menyenangkan
serta mampu mengambil inisiatif terhadap pemecahan permasalahan yang muncul
dalam lingkungan masyarakatnya. [12]
Teori-Teori Ilmu Antropologi
1.
Teori
orientasi nilai budaya dari kluckhohn
Teori ini dirintis oleh Cllyde kluckhohn dan Florence kluckhohn.
Menurut teori ini, hal-hal yang paling tinggi nilainya dalam tiap kebudayaan
hidup manusia ada lima yaitu human nature (makna hidup manusia), man nature (
makna dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya), time (persepsi manusia
mengenai waktu), activity (masalah makna dari pekerjaan, karya, dan amal dari
perbuatan manusia), relational (hubungan manusia dengan manusia).
2.
Teori
evolusi sosiokultural paralel-konvergen-divergen-sahlins dan harris
Beberapa penganut evolusionisme berpendapat bahwa arah
kecenderungan utama dalam evolusi sosiokultural adalah bertambahnya
kompleksitas masyarakat. Menurut Sahlins
dan Marvin Harris bahwa:
a. Evolusi sosikultural meliputi seluruh sistem sosiokultural maupun
komponen-komponen yang terpisah dari sistem tersebut
b. Evolusi paralel merupakan evolusi yang terjadi dalam dua atau lebih
sosiobudaya atau masyarakat yang berkembang dengan cara yang sama dan dengan
tingkat yang pada dasarnya sama.
c. Evolusi konvergen terjadi ketika berbagai masyarakat yang semula
berbeda perkembangannya, namun akhirnya mengikuti pola yang serupa kemajuannya.
d.
Evolusi
divergen terjadi ketika berbagai masyarakat yang semula mengikuti banyak
persamaan yang serupa, namun akhirnya mencapai tingkat perkembangan yang jauh
berbeda.[13]
3.
Teori
evolusi kebudayaan Lewis H. Morgan
Teori ini dirintis oleh antropolog Amerika yang bernama Lewis H.
Morgan. Yang menyatakan delapan tahapan tentang evolusi kebudayaan secara
universal, sebagai berikut:
a.
Zaman
liar tua
b.
Zaman
liar Madya
c.
Zaman
liar muda
d.
Zaman
liar barbar tua
e.
Zaman
liar barbar madya
f.
Zaman
liar barbar muda
g.
Zaman
peradaban purba
h.
Zaman
peradaban masa kini
4.
Teori
evolusi animisme dan magic dari taylor dan frazer
Teori ini dirintis oleh Edward Burnett Taylor dan Sir James George
Frazer seorang perintis antropolog sosial budaya Inggris
5.
Teori
evolusi keluarga J.J Bachoven
Teori evolusi keluarga ini bahwa seluruh keluarga diseluruh dunia
mengalami perkembangan melalui empat tahap yaitu:
a.
Tahap
promiskuitas
b.
Lambat
taun manusia akan sadar hubungan antara ibu dengan anaknya sebagai suatu
keluarga inti dalam masyarakat
c.
Sistem
patriarchate
d.
Perkawinan
exogami atau endogami.
6.
Teori
upacara sesaji smith
W.
Robertson Smith seorang ahli teologi dan sastra semit yang membuat karya
tulisan berjudul Lectures on Religion of The Semites isi pokoknya tentang teori
sesaji. Menurut Koentjaraningrat ada tiga gagasan penting tentang asas religi
dan agama sebagai berikut:
a.
Disamping keyakinan dan doktrin, sistem upacara merupakan perwujudan dari
religi atau agama yang memerlukan studianalisis
khusus.
b.
Upacara religi atau agama tersebut, biasanya dilakukan oleh banyak warga
masyarakat dan memiliki fungsi sosial untuk mengintensifkan solidaritas
masyarakat.
c.
Pada prinsipnya, upacara sesaji, dimana manusia menyajikan sebagian dari
seekor binatang, terutama darahnya kepada dewa, kemudian memakan sendiri sisa
daging dan darahnya. Hakikatnya sama sebagai aktivitas untuk mendorong
solidaritas dengan para dewa. Sebabnya,
dalam upacar sesaji bukan hanya kekhidmatan yang dicari, melainkan juga
kemeriahan dan kekeramatan.[14]
C.
Hubungan Ilmu Antopologi Dengan Ilmu Sosial Lainnya
1.
Hubungan antropologi dengan ilmu sosiologi
Antropologi dengan sosiologi
memiliki kesamaan yaitu mempelajari tentang manusia.Sosiologi orientasinya
memusatkan secara khusus kepada orang yang hidup didalam masyarakat modern
sehingga teori-teori mereka tentang perilaku manusia cenderung terikat pada
kebudayaan tertentu. Sedangkan antropologi budaya berusaha mengurangi masalah
keterikatan teori dengan kebudayaan tertentu dengan cara mempelajari seluruh
manusia dan tidak membatasi diri kepada bangsa-bangsa Barat.
2.
Hubungan antropologi dengan ilmu psikologi
Dalam psikologi hakikatnya
mempelajari perilaku manusia dan proses mentalnya. Psikologi membahas faktor
penyebab perilaku manusia secara internal sedangkan antropologi, khususnya
antropologi budaya lebih bersifat faktor eksternal. Kedua unsur itu saling
berinteraksi satu sama lain yang menghasilkan suatu kebudayaan melalui proses
belajar. Dengan demikian, keduanya, memerlukan interaksi yang intens untuk
memahami pola-pola budaya masyarakat tertentu dengan bijak.
3.
Hubungan antropologi dengan ilmu geografi
Dalam geografi membahas mengenai
keruangan (alam dunia) dengan memberi gambaran tentang bumi serta karakteristik
dari segala macam bentuk hidup yang menduduki muka bumi.Sedangkan antropologi
berusaha menyelami keanekaragaman manusia dilihat dari ras, etnis, maupun
budaya.Dengan demikian seorang ahli antropologi sangat memerlukan ilmu
geografi, karena tidak sedikit masalah manusia, baik fisik maupun kebudayaannya
tidak lepas dari pengaruh lingkungan alamnya.
4.
Hubungan antropologi dengan ilmu politik
Dalam ilmu politik telah memperluas
kajiannya pada hubungan antara kekuatan proses politik dalam berbagai negara
dengan berbagai macam pemerintahan, sampai menyangkut latar belakang sosial
budaya dari kekuatan politik tersebut, hal ini penting seorang ahli ilmu
politik menganalisis kekuatan politik melalui ilmu antropologi, mengenai latar
belakang sosial budaya, serta norma-norma dari kekuatan politik yang dianut
oleh negara tersebut.
Dalam ahli antropologi dalam
mempelajari masyarakat untuk menulis deskripsi etnografi tentang masyarakat
itu, pasti akan menghadapi sendiri pengaruh kekuatan dan proses politik lokal
serta aktivitas dari cabang partai politik nasional. Dalam menganalisis
fenomena tersebut maka perlu mengetahui konsep dan teori dalam ilmu politik
yang ada.[15]
Beberapa Cabang Antropologi
Dalam pembagian
yang dilakukan oleh Koentjaraningrat, berdasarkan perkembangan antropologi di
Amerika Serikat, ruang lingkup dan batas lapangan perhatian kajian antropologi
memfokuskan kepada sedikitnya lima masalah berikut ini yaitu:
1.
Masalah
sejarah asal dan perkembangan manusia dilihat dari ciri-ciri tubuhnya secara evolusi yang dipandang dari segi
biologi;
2.
Masalah
sejarah terjadinya berbagai ragam manusia dari segi ciri-ciri fisiknya.
3.
Masalah
perkembangan, penyebaran, dan terjadinya beragam kebudayaan di dunia;
4.
Masalah
sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai macam bahasa di seluruh
dunia.
5.
Masalah
mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat-masyarakat
suku bangsa di dunia.
Berdasarkan penggolongan masalah di atas maka dapat dibedakan 5
(lima) ilmu bagian antropologi yang menangani masing-masing masalah
tersebut yaitu: Antropologi Fisik dalam arti “luas” 1.
Paleoantropologi
2.
Antropologi Fisik
Antropologi Budaya atau Antropologi Sosial 3.
Prasejarah
4. Etnolinguistik
5. Etnologi.[16]
Berdasarkan penggolongan tersebut, Koentjaraningrat memerinci lagi
ke dalam beberapa cabang ilmu.Etnologi memiliki dua cabang ilmu yaitu
Antropologi Diakronik atau Etnologi (Etnhonology) dan Antropologi Sinkronik
atau Antropologi Sosial (Social Anthropologi).
Sejalan dengan Koentjaraningrat, memperlihatkan bahwa cabang
antropologi secara umum dibagi ke dalam 2 cabang besar, yaitu antropologi fisik
(physical anthropology) dan antropologi budaya (cultural
anthropologi).Antropologi budaya terbagi lagi ke dalam arkeologi, antropologi
linguistik, dan etnologi.
1.
Antropologi
Fisik/Biologi/Paleoantropologi
Antropologi Fisik atau Antropologi
Biologi adalah cabang antropologi yang memfokuskan kajiannya pada manusia
sebagai organisme biologis, yang salah satunya menekankan pada kajian masalah
evolusi manusia.Sementara kajian yang secara khusus meneliti sisa-sisa tubuh
yang telah membatu (fosil) yang ditemukan dalam lapisan-lapisan tanah disebut
paleoantropologi.
Antropologi fisik ini mempelajari
keragaman manusia di dunia dilihat dari segi fisiknya. Ilmu ini mencoba untuk
memahami sejarah terjadinya keragaman makhluk manusia berdasarkan (1) ciri-ciri
fisik atau tubuhnya yang tampak secara lahiriah (fenotipik), seperti warna
kulit, indeks tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung, tinggi dan
bentuk tubuh, atau (2) ciri-ciri fisik bagian “dalam” (genotipik) seperti
golongan darah. Berdasarkan klasifikasi di atas, manusia dapat digolongkan ke
dalam beberapa golongan yang disebut ras. Kita ketahui bahwa di dunia ini
terdapat beberapa kategori ras seperti ras kaukasoid, melanesoid, negroid, dan
sebagainya.[17]
2.
Antropologi
Budaya
Antropologi Budaya adalah cabang
antropologi umum yang berupaya mempelajari kebudayaan pada umumnya dan beragam
kebudayaan dari berbagai bangsa di seluruh dunia.Ilmu ini mengkaji bagaimana
manusia mampu berkebudayaan dan mengembangkan kebudayaannya dari masa ke masa.
Fokus yang dipelajari oleh ilmu ini adalah cara hidup manusia dalam memelihara
dan mengubah lingkungannya. Cara hidup ini diperoleh manusia melalui proses
belajar (sosialisasi) dan pengalaman
hidup.
3.
Prasejarah
Prasejarah atau prehistori
mempelajari sejarah perkembangan dan persebaran semua kebudayaan manusia
sebelum manusia mengenal tulisan.Jika dilihat secara umum, maka perkembangan
sejarah kebudayaan umat manusia dapat dibagi ke dalam 2 bagian.Pertama, masa
sejak munculnya makhluk manusia sekitar 800.000 tahun yang lalu hingga masa di
mana kebudayaan manusia belum mengenal tulisan, dan kedua, adalah masa
kebudayaan manusia setelah mengenal tulisan. Batas antara kedua masa tersebut
tidaklah sama bagi semua kebudayaan yang ada di muka bumi ini.
Beberapa kebudayaan tercatat telah
mengenal tulisan sejak 4000 tahun S.M.; seperti kebudayaan Minoa yang
bekas-bekasnya dapat ditemui di Pulau Kreta. Beberapa kebudayaan lain mengenal
tulisan kira-kira 3000 tahun S.M., seperti kebudayaan Yemdet Nasr di Irak
Selatan dan kebudayaan Harapa-Mohenjodaro di daerah Sungai Sindu di Pakistan.
Selain itu ada kebudayaan yang baru mengenal tulisan sekitar 100 tahun S.M.,
dan beberapa kebudayaan yang diketahui baru mengenal tulisan pada abad ke 20.Bahan
penelitian dari ilmu prasejarah adalah bekas-bekas kebudayaan seperti
benda-benda dan alat-alat (artefak) yang tertinggal di dalam lapisanlapisan
bumi.Selain ilmu prasejarah, ilmu yang dikenal mempelajari bekasbekas
kebudayaan tersebut adalah arkeologi.Namun, arkeologi di Indonesia telah
mendapat kekhususan dalam kajiannya, karena lebih memfokuskan kajiannya pada
jaman prasejarah di Indonesia hingga masa jatuhnya negaranegara Indonesia-Hindu
dan lenyapnya kebudayaan Indonesia-Hindu.
4.
Antropologi
Linguistik
Manusia diberi kelebihan
dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya dalam menciptakan simbol-simbol yang
terangkum dalam istilah bahasa. Bahasa sangat penting sebagai media
berkomunikasi sehingga interaksi antarindividu atau antarkelompok akan menjadi
lebih efektif. Selain kemampuan menciptakan bahasa, manusia pun masih memiliki
insting dalam berkomunikasi seperti halnya yang dimiliki oleh makhluk hidup
lainnya.Hanya bedanya, makhluk hidup selain manusia tidak mampu menciptakan
bahasa seperti manusia.[18]
Bahasa merupakan lambang kepintaran
yang dimiliki manusia yang diperolehnya melalui proses belajar. Oleh karena
itu, bahasa merupakan ciri dari kehidupan manusia atau bahasa merupakan ciri
dari kebudayaan manusia. Bahasa yang diciptakan sekaligus dipelajari oleh
manusia pada akhirnya akan berfungsi mengikat bagi manusia itu sendiri dalam
menggunakannya. Dalam hal ini, bahasa menjadi salah satu unsur kebudayaan yang memiliki kaidah-kaidahnya sendiri yang
berada “di luar” individu yang menggunakannya. Sebagai contoh, jika Anda
menemui ada individu sebagai anggota masyarakat di mana Anda berada menggunakan
bahasa dengan kaidah-kaidah di luar ketentuan yang berlaku maka pesan yang
ingin disampaikannya tidak akan diterima/dimengerti oleh orang lain begitu pula
oleh Anda sendiri.
Bahasa merupakan kesepakatan bersama
seluruh anggota masyarakat yang menggunakannya. Bahasa sebagai simbol untuk
berkomunikasi saat ini telah berkembang sangat kompleks, walau pun mungkin
masih ada beberapa suku bangsa yang hidup terpencil masih menggunakan bahasa
yang relatif sederhana, baik dalam jumlah kata-kata atau pun tata
bahasanya. Bahasa memiliki fungsi
sebagai media transmisi (sosialisasi) unsur-unsur kebudayaan dari satu generasi
kepada generasi berikutnya.Karena fungsinya itu, bahasa menjadi salah satu
unsur penting untuk dipelajari oleh antropologi. Salah satu cabang ilmu
antropologi budaya yang secara spesifik mengkaji masalah bahasa ini adalah
antropologi linguistik (linguistic anthropology) atau etnolinguistik.
5.
Etnologi
dan Antropologi
Sosial Etnologi adalah ilmu yang
mempelajari asas-asas manusia melalui kajiannya terhadap sejumlah kebudayaan
suku bangsa yang tersebar di seluruh dunia.Seperti Anda lihat pada bagan 2 di
atas, ilmu ini dibedakan menjadi 2 bagian atas dasar perbedaan fokus kajiannya.
Pertama, ilmu yang lebih memfokuskan diri pada kajian bidang diakronik (kajian
dalam rentang waktu yang berurutan), yang tetap menggunakan nama etnologi.
Kedua, ilmu yang lebih menekankan perhatiannya pada bidang sinkronik (kajian
dalam waktu yang bersamaan), yang lebih akrab dengan sebutan antropologi
sosial.
Di antara ahli antropologi yang
mengembangkan teori-teori antropologi sinkronik adalah A.R. Radcliffe-Brown.Ia
adalah seorang ahli antropologi Inggris yang mencoba mencari asas-asas
kebudayaan dan kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan masyarakat. Menurutnya,
para ahli antropologi harus berbuat lebih dari yang dilakukan oleh para ahli
pada fase kedua, yaitu yang hanya puas dengan mempelajari kebudayaan hanya
untuk mengetahui sejarah dan persebaran kebudayaan-kebudayaan di muka bumi ini.
6.
Etnopsikologi
Subbidang antropologi yang
berkembang sekitar awal abad ke 19 (tahun 1920-an) adalah etnopsikologi atau
antropologi psikologi, yaitu sebuah kajian antropologi yang menggunakan
konsep-konsep psikologi dalam proses analisanya. Kajian ini berkembang di
Amerika dan Inggris manakala ada kebutuhan untuk mengetahui: (1) kepribadian
bangsa, (2) peranan individu dalam proses perubahan adat-istiadat, dan (3)
nilai universal dari konsep-konsep psikologi. Kebutuhan pertama muncul ketika
hubungan antarbangsa mulai diperhatikan demi kepentingan hubungan internasional
terutama sejak Perang Dunia I.
7.
Antropologi
Spesialisasi
Beragamnya keperluan dalam memahami
suatu masalah kemasyarakatan menyebabkan para ahli sosial, termasuk
antropologi, mencoba lebih memfokuskan pada bidang-bidang tertentu. Walaupun
demikian, seorang ahli antropologi tetap akan memahami bidang yang ditelitinya
pada konteks keseluruhan aspek kemasyarakatan (ingat pendekatan holistik).
Kebutuhan pemecahan masalah pada bidang-bidang tertentu tersebut menyebabkan
munculnya kekhususan-kekhususan pada antropologi.
Dalam rangka itu, para ahli
antropologi sering kali perlu meminjam konsep-konsep yang digunakan oleh
ilmu-ilmu lainnya.Misalnya, untuk dapat lebih memahami masalahmasalah ekonomi
tradisional dari suatu masyarakat, para ahli antropologi perlu meminjam
konsep-konsep dan istilah-istilah yang dikembangkan oleh ilmu ekonomi.Hasilnya
adalah berkembangnya satu spesialisasi pada bidang antropologi yang lebih
memperhatikan masalah kehidupan perekonomian dari suatu suku bangsa, misalnya
kehidupan perekonomian pada masyarakat nelayan, petani, berburu dan meramu,
serta lain-lainnya. Beberapa perkembangan antropologi yang menjurus pada
lahirnya bidang-bidang spesial dari antropologi seperti antropologi ekonomi,
antropologi politik, antropologi kependudukan, dan lain-lainnya
8.
Antropologi
Terapan
Gejala pembangunan masyarakat sejak
Perang Dunia II membutuhkan bantuan berbagai disiplin ilmu termasuk antropologi
di dalamnya. Dalam antropologi, antropologi pembangunan merupakan salah satu
bidang ilmu yang tergolong ke dalam antropologi terapan, bersama-sama dengan
spesialisasi lain yang lebih khusus, seperti misalnya antropologi ekonomi, antropologi
kesehatan, dan antropologi pendidikan. Sebagai ilmu terapan, maka penggunaan
metode-metode, konsep-konsep, dan teori-teori antropologi, misalnya, diterapkan
untuk lebih memahami masalah-masalah pedesaan, masalah pendidikan, adopsi
teknologi oleh para petani, masalah kehidupan para buruh pabrik dan
sebagainya.Hasilnya adalah berupa datadata yang dapat digunakan sebagai masukan
dalam pembuatan kebijakan pemerintah.[19]
[1]Ida Bagus Made Astawa, Pengantar
Ilmu Sosial, (Depok : PT Raja Grafindo Persada, 2017), hal. 135-136.
[2]Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan
Struktural, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hal 163
[3]Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),
hal 23
[4]Hal 5
[6]http://www.ilhamakbar.com/definisi-tujuan-dan-ruang-lingkup-antropologi-Diakses pada 15 November 2017
[7]Moh Rosyid, Antropologi Pendidikan, (Kudus: Stain Kudus Press),
hal 138-140
[16]Wawan Ruswanto, Op.Cit., hal 1.24-1.25
[17]Ibid, hal 1.27
Comments
Post a Comment