Skip to main content

Makalah Ulumul Hadits : Studi Kitab Hadits



KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat, taufik dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah “Studi Kitab Hadits”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Muhammad Isbiq, M.S.I selaku dosen pengampu mata kuliah Ulumul hadist, dan kepada perpustakaan STAIN Pekalongan sebagai sarana mencari bahan referensi, serta tidak lupa  kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan tentang studi kitab hadits. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis butuhkan untuk perbaikan kedepannya.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih banyak


Pekalongan,  Mei 2016


Penulis



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................      2
DAFTAR ISI  ...............................................................................................      3
BAB I   PENDAHULUAN..........................................................................      4
A. Latar Belakang Masalah....................................................................      4
B. Rumusan masalah...............................................................................      4
 C. Tujuan Penulisan.................................................................................      4
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................      5
A. Kitab – Kitab Hadis Otentik..............................................................      5
B. Kritik Terhadap Kutubu Sittah...........................................................      6
C. Sistematika Penulisan Kitab...............................................................      11
BAB III PENUTUP......................................................................................      21
A. Kesimpulan.........................................................................................      21
B. Kritik dan Saran.................................................................................      21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................      22








BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kembali kemasa lalu, mengingat sejaran dan mengetahui orang-orang yang berjasa menyebarkan agama Allah dan sunah Rasul. Sangat penting kita lakukan dalam rangka memahami apa yang diajarkan serta menghindari kesalahpahaman dalam memahami suatu hadits. Pada Abad ke-2 H dilakukan upaya pembukuan hadits secara resmi oleh Umar ibn Abd al-Aziz. Upaya tersebut menjadikan hadits berkembang secara pesat. Dibutuhkan pengetahuan yang luas untuk mengetahui setiap perbedaan yang ada, dalam memahami kitab-kitab hadits yang jumlahnya sangat banyak.
Dalam makalah ini akan memaparkan beberapa ulama hadits yang telah mengumpulkan hadits-hadits. Diharapkan setelah mempelajari materi ini, akan menambah wawasan kita tentang hadits dan para ulama yang telah mengumpulkan hadits. Yang selanjutnya diharapkan bisa menjadi motivasi untuk menciptakan karya ilmiah yang berkaitan dengan kajian hadits.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja yang termasuk dalam kitab hadis otentik ?
2.      Bagaimana kritik terhadap kitab yang termasuk dalam kutubu sittah ?
3.      Bagaimana sistematika penulisan kutubu sittah ?

C.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui kitab-kitab hadits otentik.
2.      Untuk mengetahui kritik terhadap kitab hadits yang termasuk dalam kutubu sittah.
3.      Untuk mengetahui sistematika penulisan kutubu sittah.



BAB II
PEMBAHASAN


A.    KITAB – KITAB HADITS OTENTIK
Autentik memiliki arti dapat dipercaya, asli, atau sah.[1] Sementara kitab hadis berarti kitab yang didalamnya memuat tentang hadits – hadits. Dari arti dua kata tersebut dapat kita simpulkan bahwa kitab hadits otentik adalah kitab yang memuat hadits-hadits yang sah atau biasa disebut dengan hadits sahih.
Seperti yang telah kita ketahui dalam pembahasan sebelumnya bahwa suatu hadits dikatakan otentik atau sahih, apabila telah memenuhi unsur kaidah kesahihan atau syarat sebagai berikut (1)sanadnya bersambung, (2)para perawinya bersifat adil, (3)para perawinya bersifat dhabit, (4)matannya tidak syadz, dan (5)matannya tidak ber-illat.[2]
Dalam pembahasan kali ini, kita akan memaparkan tentang kutubus sittah.
1.      Pengertian Kutubus Sittah
الكتب السته dalam bahasa Indonesia berarti “enam kitab”, adalah sebutan yang digunakan untuk merujuk kepada enam buah kitab induk hadits dalam Islam. Keenam kitab ini merupakan kitab hadits yang disusun oleh para pengumpul hadits yang kredibel. Kitab-kitab tersebut menjadi rujukan utama oleh para pemeluk Islam dalam merujuk kapada perkataan Rasulullah SAW.[3]
                                                                                        
2.      Kitab yang termasuk dalam kutubus sittah
Keenam kitab dan penyusunnya tersebut ialah:
a.       Shahih Bukhari dihimpun oleh Imam Bukhari
b.      Shahih Muslim dihimpun oleh Imam Muslim
c.       Sunan an-Nasa’i atau disebut juga As-Sunan As-Sughra dihimpun oleh Imam Nasa’i
d.      Sunan Abu Dawud dihimpun oleh Imam Abu Dawud
e.       Sunan at-Tirmidzi dihimpun oleh Imam Tirmidzi
f.       Sunan Ibnu Majah dihimpun oleh Imam Ibnu Majah

B.     KRITIK TERHADAP KUTUBU SITTAH
Meskipun dalam kutubus sittah      
1.      Kritik terhadap Shahih Bukhari
Para ulama telah sepakat bahwa kitab yang paling shahih sesudah al-Qur’an adalah Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim. Hal tersebut berkaitan dengan kriteria hadits shahih yang ditentukan oleh dua Imam tersebut.
Imam Bukhari menetapkan kriteria hadits shahih adalah dalam hal persambungan sanad ia menekankan adanya informasi positif tentang periwayat bahwa mereka benar-benar bertemu atau minimal satu zaman dan dalam hal sifat atau tingkat keilmuan periwayat ia menekankan adanya kriteria paling tinggi.[4]
Namun demikian, ternyata hadits-hadits al-Bukhari tidak luput dari kritikan berbagai pihak.
a.       Kritik Sanad
Kritik berasal dari al-Daraqutni yang mengatakan bahwa Shahih al-Bukhari memuat hadis-hadis da’if karena terputusnya sanad. Sebenarnya hadis yang mursal, yakni hadis yang terputus sanadnya sebelum Nabi – itu sudah disebutkan dalam riwayat lain. Dan, riwayat inilah yang sebenarnya da’if. Sedangkan riwayat yang terdapat Shahih al-Bukhari karena sanadnya bersambung maka hadisnya dinilai shahih.
Kemudian kritikan yang mengatakan bahwa ada diantara perawi pada Shahih al-Bukhari yang tidak dikenal identitasnya sehingga tidak memenuhi persyaratan dapat diterimanya hadis dari padanya. Hal ini disanggah oleh Ibnu Hajar, karena factor yang menyebabkan seorang perawi ditolak hadisnya tidak terdapat pada pribadi perawi yang ada pada Shahih al-Bukhari.
b.      Kritik Matan
Dikatakan bahwa sering dijumpai hadis yang terpotong-potong matannya dan hadis berulang dengan perbedaan sebagian matan. Kemudian dalam kitab Shahih al-Bukhari juga banyak hadis mukarrar, yakni hadis yang diulang-ulang dalam beberapa tempat yang sengaja dihilangkan oleh Imam Bukhari.
Sebenarnya pemotongan lafaz hadis itu dilakukan al-Bukhari adalah sesuai dengan tuntutan persoalan (hukum) yang dibicarakan. Selanjutnya pengulangan dengan perbedaan sebagian lafaz adalah guna memperkaya thariqah hadis, menunjukkan bahwa ada jalur sanad lain yang berbeda yang meriwayatkan hadis yang sama atau semakna, serta untuk menunjukkan bahwa memang telah terjadi perbedaan yang demikian beragam pada lafaz hadis.[5]

2.      Kritik terhadap Shahih Muslim
 Para ulama menilai bahwa kualitas hadis-hadis dalam kitab Shahih Muslim menempati posisi kedua setelah Shahih al-Bukhari.[6] Alasan utamanya karena kriteria seleksi kesahihan hadis yang dipakai oleh Imam Muslim lebih longgar dari pada yang dipakai oleh Imam Bukhari, yaitu tidak harus pernah bertemu.
Pada umumnya kritikan terhadap Shahih Muslim sama dengan kritikan terhadap Shahih Bukhori, diantara kritik-kritikan tersebut ialah:
a.       Dalam Shahih Muslim masih terdapat hadis-hadis mu’allaq yaitu hadis yang dibuang atau dihilangkan sanadnya seorang atau lebih secara beriringan dan disandarkan hadis tersebut diatas hadis yang dibuang.
Sebenarnya hadis yang mu’allaq itu bersifat mukarrar (ulangan) jadi hakikatnya sudah dipahami rangkaian sanadnya secara lengkap dari hadis sebelumnya.
b.      Adanya hadis mursal dan munqati dalam Shahih Muslim. Sebenarnya hadis asal merupakan hadis yang bersambung sanad. Adanya juga sanadnya yang diringkas sehingga sepintas berupa hadis mursal atau munqati’.
c.       Imam Muslim dalam Shahihnya memakai sumber rujukan yang berkualitas da’if, padahal kitabnya berkualitas Shahih.
Ada kemungkinan Imam Muslim mengambil hadis dari seorang perawi yang dinilainya thiqah, akan tetapi orang itu berubah sehingga dinilai da’if, hal ini tidak merusak hadis tersebut.

3.      Kritik Terhadap Sunan Abu Dawud
Al-Khattabi menyatakan bahwa kitab Sunan Abu Dawud adalah sebuah kitab mulia, yang belum pernah disusun sesuatu kitab yang menerangkan hadis-hadis hukum seprtinya.[7]
Adapun kritik untuk kitab Sunan Abu Dawud ialah:
a.       Tidak adanya penjelasan tentang kualitas suatu hadis dan kualitas sanad (sumber, silsilah dalam hadisnya)
b.      Adanya hadis yang da’if  menurut penilaian para ulama tetapi tidak tanpa dijelaskan keda’ifannya oleh Abu Dawud.
c.       Mentolerensi hadis yang oleh semenatara kalangan dinilai da’if.
d.      Dari al-Tirmidzi, mengatakan bahwa Abu Dawud tidak mengambil riwayat dari perawi yang tertuduh dusta (matruk), tetapi perawi yang munkar masih diterima didalam sunannya.

4.      Kritik Terhadap Sunan an-Nasa’i
Kitab sunan ini adalah kitab hadis yang derejatnya terletak setelah kitab Sahihain dalam hal kitab yang paling sedikit hadis da’ifnya.[8]
Namun dalam deretan kitab-kitab hadis al-Sunan, Sunan Al-Nasa’i ditempatkan pada tingkatan kedua setelah Sunan Abu Dawud.  Dalam menyebutkan hadis di dalam kitabnya, al-Nasa’I tidak menyebutkan satu hadispun dari orang yang nota bene ditolak periwayatannya oleh ulama-ulama hadis dan tidak mempercayai periwayatannya, sehingga dengan demikian kitabnya hanya berisi hadis sahih, hasan dan da’if.
Namun hal tersebut tidak menjadikannya luput dari para  ktitikus hadis. Kritikan datang dari Ibn al-Jauzy, ia mengatakan bahwa hadis-hadis yang ada dalam kitab al-Sunan al-Sughra (Sunan an-Nasa’i) tidak semuanya berkualitas shahih, namun ada yang maudhu’(palsu). Ibn al-Jauzy menemukan sepuluh hadis maudhu’ didalamnya, yang menurut Imam Nasa’i sahih.
Adapun pendapat ulama yang mengatakan bahwa hadis yang ada dalam Sunan al-Nasa’I semuanya shahih, ini merupakan pandangan yang menurut Muhammad Abu Syahbah tidak didukung oleh penelitian yang mendalam dan jeli. Kecuali maksud pernyataan itu bahwa mayoritas (sebagian besar) isi kitab Sunan al-Nasa’I berkualitas shahih.[9]

5.      Kritik Terhadap Sunan at-Tirmidzi
Kitab at-Tirmidzi memuat seluruh hadis kecuali hadis yang sangat da’if ddan munkar. Satu spesifikasi kitab al-Tirmidzi adalah adanya penjelasan tentang kualitas dan keadaan hadisnya.
Seperti kita dari Imam-imam yang lain, kitab Sunan at-Tirmidzi juga menuai kritik. Salah satunya kritikan yang dilontarkan oleh al-Hafidz Ibn Jauzi dalam Mawdu’at-nya, Ibn Taimiyah dan muridnya al-Dhahabi yang memandang beberapa hadis yang diriwayatkan al-Tirmidzi sebagai hadis mawdhu’.
Pendapat tersebut disanggah oleh al-Hafidh jalaluddin al-Suyuti, seorang ahli hadis Mesir pada abad IX H. Apabila pengkritik memandangnya sebagai hadis palsu, maka Imam Tirmidzi sendiri tidak memandangnya demikian.
6.      Kritik Terhadap Sunan Ibn Majah
Sunan Ibn Majah ditulis pada masa sesudah gerakan awal pembukuan hadist, itu kenapa dikalangan ulama menempatkan posisi kitab tersebut  dalam kutubu sittah di tingkatan terakhir.
Meskipun Sunan Ibn Majah banyak memuat zawaid (sekumpulan hadis yang termuat di dalam Sunan Ibn Majah yang tidak tersajikan di dalam kitab-kitan hadis lainnya) namun ada beberapa ulama yang menilai bahwa ternyata mayoritas zawaid berkualitas da’if. Namun kendati berkualitas da’if, mereka masih berpandangan bahwa masih ada kemungkinan berasal dari Nabi, dan kalaupun da’if tidak terlalu parah tingkatke-da’if-annya.



C.     SISTEMATIKA PENULISAN KITAB
 Dalam hal penulisan sebuah kitab hadis dikenal ada empat macam sistematika, yaitu:
Pertama, adalah sistematika kitab sahih dan sunan, yaitu sebuah kitab yang disusun dengan cara membagi menjadi beberapa kitab dan tiap-tiap kitab dibagi menjadi beberapa bab.
Kedua, system musnad, yaitu sebuah kitab hadis yang disusun menurut nama periwayat pertama yang menerima dari Rasul.
Ketiga, sebuah kitab hadis yang disusun berdasarkan lima bagian-bagian tertentu yaitu bagaian hadis yang berisi perintah, berisi larangan, berisi khabar, berisi ibadah dan bagian yang berisi tentang af’al secara umum.
Keempat, kitab hadis yang disusun menurut sistematika kamus.
Berikut sistematika yang digunakan oleh para Imam hadis,
1.      Sistematika Shahih Bukhori
Kitab hadits karya Imam Bukhari disusun dengan pembagian beberapa judul. Judul-judul tersebut dikenal dengan istilah “Kitāb”. Setiap kitab dibagi menjadi beberapa subjudul yang dikenal dengan istilah “bab”.
Berikut ini kami sajikan kitab-kitab (judul-judul) yang terkandung dalam Ṣhaḥiḥ al-Bukhārī.


1.        Kitab tentang permulaan turunnya wahyu 
2.        Kiyab tentang iman
3.        Kitab tentang ilmu
4.        Kitab tentang wudhu
5.        Kitab tentang mandi
6.        Kitab tentang haid
          7.        Kitab tentang tayammum
8.        Kitab tentang shalat
9.        Kitab tentang waktu-waktu shalat
10.    Kitab tentang azan
11.    Kitab tentang shalat jumat
12.    Kitab tentang jenazah
13.    Kitab tentang zakat
14.    Kitab tentang haji

15.    Kitab tentang puasa
16.    Kitab tentang shalat tarwih
17.    Kitab tentang i’tikaf
18.    Kitab tentang jual beli
19.    Kitab tentang akad pesanan (salam)
20.    Kitab Syuf’ah (hak membeli terlebih dahulu)
21.    Kitab tentang sewa-menyewa
22.    Kitab tentang pengalihan utang

23.    Kitab tentang perwakilan
24.    Kiab tentang perkongsian dalam pertanian

25.    Kitab tentang perkongsian dalam penyiraman tanaman (al-Musāqah)
26.    Kitab tentang utang-piutang
27.    Kitab tentang perselisishan
28.    Kitab tentang barang temuan
29.    Kitab tentang kezaliman dan gasab
30.    Kitab tentang kongsi
31.    Kitab tentang gadai
32.    Kitab tentang memerdekakan budak
33.    Kitab tentang hibah
34.    Kitab tentang persaksian
35.    Kitab tentang perdamaian
36.    Kitab tentang syarat-syarat
37.    Kitab tentang wasiat
38.    Kitab tentang jihad
39.    Kitab tentang mendapat bagian seperlima
40.    Kitab tentang jizyah (pajak)
41.    Kitab tentang permulaan pencipaan mahkluk
42.    Kitab tentang para nabi
43.    Kitab tentang manakib (biografi)
44.    Kitab tentang peperangan
45.    Kitab tentang tafsir al-Quran
46.    Kitab tentang keutamaan al-Quran
47.    Kitab tentang pernikahan
48.    Kitab tentang perceraian
49.    Kitab tentang nafkah
50.    Kitab tentang makanan
51.    Kitab tentang akikah








52.    Kitab tentang sembelihan dan perburuan hewan
53.    Kitab tentang kurban
54.    Kita tentang minuman
55.    Kitab tentang orang sakit
56.    Kitab tentang pengobatan
57.    Kitab tentang busana
58.    Kitab tentang adab
59.    Kitab tentang meminta izin
60.    Kitab tentang doa-doa
61.    Kitab ar-Riqāq (pelbagai hal yang melembutkan hati)
62.    Kitab tentang takdir
63.    Kitab tentang sumpah dan nazar
64.    Kitab tentang tebusan sumpah
65.    Kitab tentang waris
66.    Kitab tentang hudud
67.    Kitab tentan denda
68.    Kitab tentang taubat orang-orang yang murtad dan membangkan
69.    Kitab tentang pemaksaan
70.    Kitab tentang ḥilah (rekayasa hukum)
           71.    Kitab tentang mimpi
72.    Kitab tentang fitnah
73.    Kitab tentang hukum-hukum
74.    Kitab tentang at-Tamannī (harapan)


75.    Kitab tentang khabar dari satu perawi
76.    Kitab tentang berpegang teguh pada al-Quran dan sunnah
77.    Kitab tentang tauhid.[10]



2.      Sistematika Shahih Muslim
Berikut adalah table isi dan sistematika Sahih Muslim secara rinci.
NO
NAMA KITAB
JUMLAH
BAB
HADIS
 -
مقد مة
74
?
1
الإيمان
96
280
2
الطهارة
34
111
3
الحيض
33
126
4
الصلاة
52
285
5
المساجد ومواضع الصلاة
56
316
6
صلاة المسافرين وقصرها
56
312
7
الجمعة
19
73
8
العيدين
5
22
9
الإستسقاء
5
17
10
الكسوف
5
29
11
الجناءز
37
108
12
الزكاة
56
177
13
الصيام
40
222
14
الإعتكاف
4
10
15
الحج
97
522
16
النكاح
24
110
17
الرضاع
19
32
18
الطلاق
9
134
19
اللعان
1
20
20
العتق
7
26
21
البيوع
21
123
22
المساقة
31
143
23
الفرائض
5
21
24
الهبات
4
32
25
الوصية
6
22
26
النذر
5
13
27
الأيمان
13
59
28
القسامة والمحاربين والقصاص والديات
11
29
29
الحدود
11
46
30
الأقضية
11
21
31
اللقطة
6
19

32
الجهاد والسير
51
150
33
الإمارة
56
185
34
الصيد والذبائح وما يؤكل من الحيوان
12
60
35
الآضاحي
8
45
36
الآشربة
35
188
37
اللباس
35
127
38
الآدب
10
45
39
السلام
41
155
40
ألفاظ من الآدب وغيرها
5
21
41
الشعر
2
10
42
الرؤيا
5
23
43
الفضائل
36
174
44
رضي الله عنهم فضائل الصحابة
60
232
45
البر والصلة والآداب
51
166
46
القدر
8
34
47
العلم
6
16
48
الذكر والدعاء والتوبة والإستغفار
27
101
49
والتوبة
11
60
50
وأحكامهم صفاة المنافقين
1
83
51
الجنة وصفة النفسها وأهلها
40
84
52
الفتن وأشراط الساعه
28
143
53
الزهد الرقائق
20
75
54
التفسير
8
34

3.      Sistematika Sunan Abu Dawud
Abu Dawud dalam menyusun kitabnya menurut sistematika atau urutan bab-bab fikih. Beliau membagi hadisnya dalam beberap kitab, dibagi menjadi beberapa bab.
Adapun sistematika atau urutan penulisan hadis dalam kitab Sunan Abu Dawud adalah sebagai berikut:
NO
NAMA KITAB
JUMLAH
BAB
HADIS
1
Kitab at-Taharah
143
390
2
Kitab al-Salat
367
1165
3
Kitab al-Zakat
47
145
4
Kitab al-Luqatah
-
20
5
Kitab al-Manasik
98
325
6
Kitab al-Nikah
50
129
7
Kitab al-Talaq
50
138
8
Kitab al-Saum
81
164
9
Kitab al-Jihad
182
311
10
Kitab Dahaya
20
56
11
Kitab al-Said
4
18
12
Kitab al-Wasaya
17
23
13
Kitab al-Fara'id
17
43
14
Kitab al-Kharaj wa al-Imarah
40
161
15
Kitab al-Janaiz
84
153
16
Kitab al-Aiman wa al-Nuzur
32
84
17
Kitab al-Buyu' wa al-Ijarah
92
245
18
Kitab al-Aqdiyah
30
70
19
Kitab al-Ilm
13
28
20
Kitab al-Asyribah
22
67
21
Kitab  al-At'imah
55
119
22
Kitab al-Tib
24
71
23
Kitab al-Atqu
15
43
24
Kitab al-Huruf wa al-Qira'
 -
40
25
Kitab al-Hammam
3
11
26
Kitab al-Libas
47
139
27
Kitab al-Tarajjul
21
55
28
Kitab al-Khatam
8
26
29
Kitab al-Fitan
7
39
30
Kitab al-Mahdi
 -
12
31
Kitab al-Malahim
18
60
32
Kitab al-Hudud
40
143
33
Kitab al-Diyat
32
102
34
Kitab al-Sunnah
32
177
35
Kitab al-Adab
108
502

4.      Sistematika Sunan an-Nasa’i
Dalam Sunan an-Nasa’I, hadis –hadisnya disusun berdasarkan bab-bab fikih. Setiap bab diberi judul yang kadang-kadang mencapai tingkat keunukan yang tinggi.
Adapun sistematika penyusunannya dengan lengkap dapat disebutkan sebagai berikut:
NO
NAMA KITAB
JUZ
HLM
NO
NAMA KITAB
JUZ
HLM

Al-Muqaddimah
I
3
11
Al-Jum'ah
III
71
1
Al-Tahara
I
12
12
Taqsir al-Salah fii al-Saraf
III
95
2
Al-Miyah
I
141
13
Al-Kusuf
III
101
3
Al-Haid
I
147
14
Al-Istisqa'
III
125
4
Al-Gusl wa al-Tayammum
I
162
15
Salat al-Khusuf
III
136
5
Al-Salah
I
178
16
Salat al-'Idain
III
146
6
Al-Mawakit
I
198
17
Qiyam al-Lail wa Tatawwu' al-Nahr
III
161
7
Al-'Azan
II
3
18
Al-Jaba'iz
IV
3
8
Al-Masajid
II
26
19
Al-Siyam
IV
97
9
Al-Qiblah
II
47
20
Al-Zakah
V
3
10
Al-Imamah
II
58
21
Manasik al-Hajj
V
83
11
Al-Jihad
VI
3
34
Tahrim al-Dam
VII
70
12
Al-Nikah
VI
44
35
Qism al-Fai'
VII
117
13
Al-Talaq
VI
112
36
Al-Bai'ah
VII
124
14
Al-Khail
VI
178
37
Al-'Aqiqah
VII
145
15
Al-Ahbas
VI
190
38
Al-Far' wa al-'Atirah
VII
147
16
Al-Wasaya
VI
198
39
Al-Said wa al-Zaba'Ibn Hajar al-'Asqalani
VII
158
17
Al-Nahl
VI
216
40
Al-Dahaya
VII
186
18
Al-Hibah
VI
220
41
Al-Buyu'
VII
212
19
Al-Ruqba
VI
226
42
Al-Qasamah
VIII
3
20
Al-Umra
VI
228
43
Qat'u al-Sariq
VIII
57
21
Al-Aiman wa al-Nuzur wa al-Muzara'ah
VII
3
44
Al-'Aiman wa al-Syara'
VIII
86
22
Asyrah al-Nisa'
VII
58









5.      Sistematika Sunan at-Tirmidzi
Kitab Sunan at-Tirmidzi disusun berdasarkan urutan bab fiqih. Mengklasifikasi sistematikanya dengan model juz, kitab, bab, dan sub bab. Sistematika Sunan at-Tirmidzi dapat dilihat sebagai berikut:
NO
NAMA KITAB/ BAB
JUZ
JUMLAH
BAB
HADIS
1
Bab al-Tahara
I
122
148
2
Bab Abwab al-Salah
62
89
3
Bab Abwab Witir
II
22
35
4
Bab Abwab al-Jum'ah
29
41
5
Bab 'Idain
9
12
6
Bab al-Saraf
44
72
7
Kitab Zakat
III
38
73
8
Kitab Siyam
83
126
9
Kitab Hajj
116
15
10
Kitab Janazah
76
144
11
Kitab Nikah
43
65
12
Kitab Rada'
19
26
13
Kitab talaq dan Li'an
23
30
14
Kitab Buyu'
76
104
15
Kitab al-Ahkam
42
58
16
Kitab al-Diyat
IV
23
36
17
Kitab al-Hudud
30
40
18
Kitab al-Said
7
7
19
Kitab al-Zabaih
1
1
20
Kitab al-Ahkam & al-Wa'id
6
10
21
Kitab al-Dahi
24
30
22
Kitab al-Siyar
48
70
23
Kitab Keuutamaan Jihad
26
50
24
Kitab al-Jihad
39
49
25
Kitab al-Libas
45
67
26
Kitab al-At'imah
48
72
27
Kitab al-Asyribah
21
34
28
Kitab Birr wa al-Silah
87
138
29
Kitab al-Tibb
35
33
30
Kitab al-Fara'id
23
25

31
Kitab al-Wasaya
7
8
32
Kitab al-Wala' wa al-Hibah
7
7
33
Kitab al-Fitan
79
111
34
Kitab Ru'ya
10
16
35
Kitab al-Syahadah
4
7
36
Kitab al-Zuhd
64
110
37
Kitab sifat al-Qiyamah, al-Raqa'iq dan al-Wara'
60
110
38
Kitab sifat al-Jannah
27
45
39
Kitab sifat Jahanam
13
21
40
Al-Iman
V
18
31
41
Al-'Ilm
19
31
42
Isti'zan
34
43
43
Al-Adab
75
118
44
Al-Nisa'
7
11
45
Fadail al-Qur'an
25
41
46
Kitab al-Qira'at
13
18
47
Kitab Tafsir al-Qur'an
95
158
48
Kitab al-Da'awat
133
189
49
Kitab al-Manaqib
75
133
50
Kitab al-'Ilal
Dijelaskan beberapa bab

6.      Sistematika Sunan Sunan Ibn Majah            
Kitab Sunan Ibn Majah di dalamnya dibagi dalam beberapa kitab dan setiap kitabnya masi terbagi dalam beberapa bab.
NO
NAMA KITAB
JUZ
HLM
NO
NAMA KITAB
JUZ
HLM
Al-Muqaddimah
I
3
19
Al- Itq
II
840
1
Al-Taharah
9
20
Al- Hudud
847
2
Al-Salat
219
21
Al- Diyat
873
3
Al-'Azan
232
22
Al- Wasaya
900
4
Al- Masjid wa al-Jama'ah
234
23
Al- Faraid
908
5
Al-Iqamah
264
24
Al- Jihad
920
6
Al-Janaiz
461
25
Al- Manasik
962
7
Al-Siyam
525
26
Al- Azahi
1043
8
Al- Zakat
565
27
Al- Zabaih
1056
9
Al-Nikah
592
28
Al- Sayd
1068
10
Al- Talaq
650
29
Al- At'imah
1083
11
Al- Kafarat
II
676
30
Al- Asyribah
1119
12
Al-Tijarat
723
31
Al-Tib
1137
13
Al- Ahkam
774
32
Al- Libas
1176
14
Al-Hat
795
33
Al- Adab
1206
15
Al-Sadaqah
799
34
Al- Du'a
1258
16
Al-Zuhud
815
35
Ta'bir al-Ru'ya
1258
17
Al-Suf'ah
833
36
Al- Fitan
1290
18
Al- Luqatah
836
37
Al- Zuhud
1373
                                                                                   
Berdasarkan table diatas, nampak bahwa Ibn Majah membahas hadis dengan metode hukum di mana beliau memulai pembahasan dengan kitab taharah.[11]        

















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Hadits otentik adalah kitab yang memuat hadits-hadits yang sah atau biasa disebut dengan hadits sahih. الكتب السته dalam bahasa Indonesia berarti “enam kitab”, adalah sebutan yang digunakan untuk merujuk kepada enam buah kitab induk hadits dalam Islam. Keenam kitab ini merupakan kitab hadits yang disusun oleh para pengumpul hadits yang kredibel. Meskipun begitu, para penulis kutubu sittah tidak luput dari kritikus yang melontarkan penilaiannya terhadap apa yang telah disusun. Dalam hal penulisan kitab hadis, ada empat macam sistematika. Setiap Imam hadis memiliki sistematika penyusunannya sendiri-sendiri.

B.     Kritik dan Saran
Penyusun menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun penyusun butuhkan untuk perbaikkan kedepannya. Penyusun berharap makalah ini bermanfaat untuk penyusun sendiri khususnya dan para pembaca pada umumnya.                                      








DAFTAR PUSTAKA

Mudasir. 1999. Ilmu Hadis. Bandung: CV. Pustaka Setia
Suryadilaga, M Alfatih(Ed.). 2009. Studi Kitab Hadis. Yogyakarta: Teras
Sumbulah, Umi. 2013. Studi Sembilan Kitab Hadis Sunni. Malang: UIN-Maliki Press.
http://kbbi.web.id/autentik .Diakses pada 03 Mei 2016 Pukul 20.30 WIB

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Kutubus_Sittah. Diakses pada 03 Mei 2016 Pukul

21.00 WIB

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Imam_Nasa’i. Diakses pada 04 Mei 2016 Pukul  

16.00 WIB







[1] http://kbbi.web.id/autentik Diakses pada 03 Mei 2016 Pukul 20.30 WIB
[2] Mudasir, Ilmu Hadis, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), hal. 145
[3] http://id.m.wikipedia.org/wiki/Kutubus_Sittah. Diakses pada 03 Mei 2016 Pukul 21.00 WIB
[4] M. Alfatih Suryadilaga(Ed.), Studi Kitab Hadis, (Yogyakarta: Teras 2009), hal. 48
[5] Umi Sumbulah, Studi Sembilan Kitab Hadis Sunni, (Malang: UIN-Maliki Press, 2013), hal 33-37
[6] Op, Cit., M. Alfatih Suryadilaga(Ed.), hal 74
[7] Op, Cit., Umi Sumbulah, hal 70
[8] Op, Cit., M. Alfatih Suryadilaga(Ed.), hal 140
[9] http://id.m.wikipedia.org/wiki/Imam_Nasa’i. Diakses pada 04 Mei 2016 Pukul 16.00 WIB
[11] Op, Cit., M. Alfatih Suryadilaga(Ed.) hal 68-69, 94, 116-118, 144-145, 170-171.

Comments

Popular posts from this blog

Makalah : Evaluasi Hasil Belajar (Psikologi Pendidikan)

PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tanpa halangan suatu apapun.               Dengan adanya evaluasi hasil belajar, seorang pendidik dapat melihat pencapaian belajar peserta didik. Melalui evaluasi yang tepat, pendidik dapat menyelesaikan masalah pembelajaran yang dialami siswa. Guru dapat memilih jenis evaluasi yang ada, berdasarkan kebutuhan siswa. Materi evaluasi hasil belajar perlu diberikan kepada mahasiswa program Pendidikan Guru MI (PGMI) sebagai bekal dan pengetahuan sebelum turun dilapangan.             Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Semoga dengan mempelajari evaluasi hasil belajar, kita dapat menambah wawasan dan dapat mengamalkannya. Pekalongan, Okto...

Instrumen Penilaian Proses dan Hasil Pembelajaran dalam Bahasa Indonesia

BAB II PEMBAHASAN A.     Pengertian penilaian dan pengukuran Penilaian sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang siswa, baik yang menyangkut kurikulum program pembelajaran, iklim sekolah, maupun kebijakan – kebijakan sekolah. Menurut peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentag standar penilain mendefinisikan penilain adalah sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. [1] Secara formal hal ini dinyatakan sebagai salah satu prinsip penialain menurut peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian pendidian sebagai berikut : 1.          Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. 2.          Objektif, penilain didasarka...

Makalah : Umpan Balik (Strategi Belajar Mengajar)

PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tanpa halangan suatu apapun.               Dengan adanya materi umpan balik, diharapkan mahasiswa khususnya program Pendidikan Guru MI (PGMI) dapat belajar mengondisikan kelas dan dapat melakukan pembelajaran yang efektif. Umpan balik bermanfaat dalam memancing keaktifan peserta didik, membantu guru dalam melakukan penilaian langsung kemampuan peserta didik dan membantu guru dalam memilih bentuk evaluasi nantinya . Dengan demikian, para calon guru memiliki bekal untuk mengajar nantinya.             Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimaksih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tepat waktu. Penulis berharap makalah ini dapat be...