Skip to main content

Makalah : Keluarga sebagai Objek Pendidikan (Tafsir Tarbawi)



PRAKATA

Puji dan syukur, kami panjatkan ke hadirat ilahi rabbi yang telah memberi petunjuk dan taufik-Nya sehingga makalah tafsir tarbawi yang berjudul “keluarga sebagai objek pendidikan” ini dapat diselesaikan.
Makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan banyak terimakasih, kepada bapak M. Mufid, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah tafsir tarbawi. Kepada perpustakaan STAIN Pekalongan, kami juga mengucapkan banyak terimakasih karena telah mengadakan buku-buku tafsir tarbawi sebagai bahan referensi. Dan tidak lupa kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.
Makalah ini menjelaskan tentang bagaimana peran keluarga dalam pendidikan seseorang berdasarkan al-Qur’an. Diharapkan dengan mempelajari materi ini dapat menambah wawasan pembaca, terutama para mahasiswa PGMI selaku calon pendidik.
Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kebaikkan kedepannya. Terimakasih.



Pekalongan, Oktokber 2016


Pemakalah

DAFTAR ISI

PRAKATA ...................................................................................................      2
DAFTAR ISI  ...............................................................................................      3
BAB I   PENDAHULUAN..........................................................................      4
 A. Latar Belakang Masalah...................................................................      4
 B. Rumusan masalah..............................................................................      4
  C. Tujuan Penelitian...............................................................................      4
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................      5
A. Pengertian Pendidikan.......................................................................      5
B. Keluarga sebagai Objek Pendidikan...................................................      5
C. Tujuan Objek Pendidikan...................................................................      9
BAB III PENUTUP......................................................................................      11
A. Kesimpulan.........................................................................................      11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................      12









BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari tiga hal, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keberhasilan pendidikan seseorang sangat dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut. Keluarga adalah faktor pertama yang mempengaruhi pendidikan seseorang.
Dalam al-Qur’an banyak ayat yang menjelaskan mengenai pendidikan. Pendidikan dalam keluarga juga tidak luput dari pembahasan dalam al-Qur’an. Bahkan terdapat contoh keluarga yang sukses menerapkan contoh pendidikan dalam keluarga seperti keluarga Imran, yang berhasil mendidik siti Maryam tumbuh besar sebagai wanita suci. Selain itu, ada keluarga Luqman yang juga berhasil memberi contoh kepada para ayah untuk mendidik anak-anak mereka. Dan masih banyak lagi jika ingin dipelajari lebih lanjut.
Dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa ayat yang berkaitan dengan keluarga sebagai objek pendidikan. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan dalam mendidik keluarga.

B.     Rumusan Masalah

1.         Apa pengertian pendidikan ?
2.         Bagaimana tujuan objek pendidikan
3.         Bagaimana keluarga sebagai objek pendidikan ?

C.    Tujuan Penelitian

1.         Mengetahui pengertian pendidikan.
2.         Dapat menjelaskan tujuan objek pendidikan.
3.         Dapat menjelaskan mengenai keluarga sebagai objek pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pendidikkan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia diterangkan bahwa pendidik adalah orang yang mendidik. Dari arti leksikal, kata pendidik secara fungsional menunjukan kepada seseorang yang melakukan kegiatan dalam memberikan pengetahuan, keterampilan, pengalaman, pendidikan dan sebagainya. orang yang melakukan kegiatan seperti ini bisa dijumpai dimana dan kapan saja. Dirumah, yang melakukan kegiatan dan tugas  ini adalah kedua orang tua. Disekolah, tugas tersebut dilakukan oleh guru, dan di masyarakat dilakukan oleh organisasi-organisasi pendidikan. Atas dasar ini, pendidikan itu bisa kedua orang tua, guru, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan sebagainya.[1]
Bisa juga diartikan pendidikan keluarga adalah bimbimgan atau pembelajaran yang diberikan terhadap anggota kumpulan suatu keturunan atau suatu tempat tinggal, yang terdiri dari suami atau ayah, istri atau ibu, anak-anak dan lain sebagainya. dengan demikian keluarga tidak hanya istri dan anak-anak tetapi juga mencakup kaum kerabat lainnya yang satu nasab, terutama yang tinggal dalam satu rumah.[2]
B.     Keluarga sebagai objek pendidikan.
Kedua orang tua sebagai guru dijelaskan dalam Al-Qur’an:
1.    Al-Qur’an Surat At-Tahrim Ayat 6, yaitu :
يَاَيُّهَاالَّذِيْنَ امَنُوْاقُوْااَنْفُسِكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًاوَّقُوْدُهَاالنَّاسُ واْلحِجَارَةُعَلَيْهَاملئَكَةٌ     غِلَاظٌ شِدَادٌ لاّيَعْصُوْنَ اللَّه مَااَمَرهُم وَيَفْعَلُوْنَ مَايُؤْمَرُوْنَ   
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadapapa yang diperintahkannya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS. At-Tahrim:6).
Ayat diatas memberikan gambaran bahwa dakwah dan pendidikan harus diawali dari lembaga yang paling kecil, yaitu dari diri sendiri dan keluarga menuju yang besar dan luas. Ayat ini atas awalnya berbicara masalah tanggung jawab pendidikan keluarga, kemudian diikuti dengan akibat dari kelalaian tanggung jawabyaitu siksaan. Dalam membicarakan siksaan, Al-Qur’an menyebutkan bahan bakar neraka, bukan model dan jenis siksaannya. Sementara bahan bakar siksaan di dalam ayat diatas gigambarkan berasal dari manusia. Hal ini mengisyaratkan bahwa kegagalan dalam menanamkan nilai-nilai pada diri manusia berawal dari kegagalan dalam mendidik masa kecilnya, dalam lembaga terkecil yaitu keluarga. Kegagalan pendidikan dalam usia dini,, akan menyebabkan manusia terbakar emosinya oleh dirinya sendiri yang tidak terarahkan pada usia dininya.[3]
Secara tegas ayat 6 surah At-Tahrim diatas mengingatkan semua orang-orang mukmin agar mendidik diri dan keluarganya kejalan yang benar agar terhindar dari neraka. Ayat tersebut mengandung perintah menjaga, yaitu “qu’” (jagalah). Perintah menjaga diri dan keluarga dari neraka berkonotasi terhadap perintah mendidik atau membimbing. Sebab didikan dan bimbingan yang dapat membuat diri dan keluarga konsisten dalam kebenaran, dimana konsisiten dalam kebenaran itu membuat orang terhindar dari siksa neraka. Oleh karena itu, para orang tua berkewajiban mengajarkan kebaikan dan ajaran agama kepada anak-anak, menyuruh mereka berbuat kebaikan dan menjauhkan kemungkaran dengan membiasakan mereka dalam kebenaran atau kebaikan tersebut, serta memberikan contoh teladan.
Ayat 6 itu juga menggambarkan keadaan api neraka. Ada dua kondisi neraka yang digambarkan ayat diatas; pertama, bahan bakarnya yang terdiri dari manusia dan batu. Manusia yang akan menjadi bahan bakar neraka itu adalah orang-orang kafir. Dan menurut sebagian mufassir, batu yang dijadikan sebagai bahan bakar neraka itu adalah berhala yang mereka sembah. Kedua, neraka itu dijaga oleh malaikat yang amat kasar dan keras terhadap penghuni neraka, tetapi mereka makhluk yang sangat patuh kepada Allah serta tidak pernah melanggar perintah-Nya.[4]
Wahai orang-orang yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya hendaklah sebagian dari kamu memberitahukan kepada sebagian yang lain, apa yang dapat menjaga dirimu dari api neraka dan menjauhkan kamu dari padaNya, yaitu ketaatan kepada Allah dan menuruti segala perintah-Nya. Dan hendaklah kamu mengajarkan kepada keluargamu perbuatan yang dengannya mereka dapat menjaga diri mereka dari api neraka. Dan bawalah mereka kepada yang demikian ini melalui nasehat dan pengajaran.[5]
2.      Qs. Asy-Syu’ara, 26 :24
وَاَنْذِرْعَشِيْرَتَكَ اْلاَقْرَبِيْنَ
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat” (Asy-Syu’ara, 26 :24).
Sesudah Rasullulah saw, diberi peringatan supaya beliau jangan menyeru Tuhan yang lain beserta Allah, disuruhlah beliau supaya menyampaikan peringatan terutama kepada kaum keluarganya yang terdekat.[6]
 Al-Thabari meriwayatkan bahwa ketika ayat ini turun, Nabi mulai menyampaikan pesan suci yang diterimanya kepada seluruh kerabat dan keluarga terdekatnya. Semantara itu Imam Muslim meriwayatkan bahwa ketika ayat ini turun, Nabi mengumpulkan anak dan kerabatnya seraya menyampaikan pesan:

لا أملك لك شَيْئًامِنَ اللّهِ, سلونى من مالى مَاشِئْتُمْ
“saya tidak mempunyai wewenang tanggung jawab sama sekali terhadap kalian dari siksaan Allah, kala masalah harta silahkan minta apa yang saya punya semau kalian”.[7]
Telah diriwayatkan, bahwa Umar berkata ketika turun ayat ini, “wahai Rasulullah kita menjaga diri kita sendiri, tetapi bagaimana kita menjaga keluarga kita? “Rasulullah saw, menjawab. “kamu larang mereka mengerjakan apa yang dilarang Allah untukmu, dan kamu perintahkan kepada mereka apa yang diperintahkan Allah  kepadamu. Itulah penjagaan antara diri mereka dengan neraka.
Telah dikeluarkan oleh Ibnu Munzir dan Al-Hakim di dalam Jama’ah akharin, dari Ali Karramallahu wajhah, bahwa dia mengatakan tentang ayat itu, “ajarilah dirimu dan keluargamu kebaikan dan didiklah mereka”,
Yang dimaksud al-ahl (keluarga) disini mencakup istri, anak dan budak laki-laki dan perempuan.
Di dalam ayat ini terdapat isyarat mengenai kewajiban seorang suami mempelajari fardu-fardu agama yang diwajibkan baginya dan mengajarkannya kepada mereka.
Termuat di dalam hadits:
رَحِمَ اللَّهُ رَجُلَاقَالَ يَااَهْلَاهْ: صَلَاتَكُمْ صِيَامَكُمْ زَكَاتَكُمْ مِسْكِيْنَكُمْ. يَتِيْمَكُمْ. جِيْرَانَكُمْ. لَعَلَّ اللَّهُ يَجْمَعَكُمْ مَعَهُمْ فىِ اْلجَنَّةِ
“Allah telah mengasihi seorang lelaki yang mengatakan, “Wahai keluargaku, jagalah salatmu, puasamu, zakatmu, orang miskinmu, orang yatimmu, dan tetanggamu.” Semoga Allah mengumpulkan kamu dengan mereka di dalam surga.”[8]
Ayat diatas memberikan penegasan bahwa pendidikan disekolah tidak mungkin berhasil secara optimal apabila tidak dimulai dari pendidikan diri dan keluarga. Pendidikan diri adalah pendidikan terhadap pribadi-pribadi yang memikul tanggung jawab keluarga. Orang pertama yang bertanggung jawab terhadap keluarga adalah ayah dan ibu. Dari kedua orang inilah, pendidikan harus dimulai keberhasilan pendidikan tingkat awal ini akan membawa pada keberhasilan pendidikan disekolah dan masyarakat.
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang apabila berfungsi dangan baik akan mewarnai fungsi-fungsi lainnya dalam kehidupan keluarga.
Komunitas muslim adalah kumpulan orang yang terdiri atas individu-individu muslim yang secara sosiologis terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu ulama atau fuqaha dalam arti luas dan orang-orang awam. Ulama dan fuqaha inilah yang berkewajiban menyebarkan ilmu dan ajaran islam kepada masyarakat.[9]

C.    Tujuan Objek Pendidikan
Tujuan berarti arah atau sasaran yang ingin dicapai. Dalam pembahasan ini, keluarga adalah sebagai objek pendidikan bukan hanya seorang anak. Itu berarti semua anggota keluarga menjadi sasaran dalam pendidikan.
Dari beberapa Hadits tentang tujuan pendidikan, diperoleh informasi bahwa objek pendidikan dalam Islam mengandung 3 tujuan pokok, yaitu sebagai berikut:
1)        Kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
2)        Beribadah kepada Allah.
3)        Pengembangan potensi.[10]
Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat empat hal yang mesti perhatikan oleh setiap anggota keluarga, yaitu sebagai berikut :
a.         Menyadari bahwa manusia secara individu adalah makhluk Allah yang mempunyai tanggung jawab dalam kehidupan ini.
b.         Menyadari bahwa manusia sebagai makhluk sosial adalah anggota masyarakat dan mempunyai tanggung jawab dalam sistem kemasyarakatan dimana ia berada.
c.         Menyadari bahwa alam ini ciptaan Tuhan dan berusaha memahami hikmah Tuhan menciptakannya. Kemudian berusaha untuk melestarikannya.
d.        Meyakini adanya pencipta alam dan beribadah kepada-Nya.












BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Tanggung jawab terhadap pendidikan anak diisyaratkan dengan kewajiban anak untuk berbakti kepada kedua orang tuannya, sebagai balas jasa atas jerih payah dalam mendidiknya semenjak masih dalam kandungan.
pendidikan disekolah tidak mungkin berhasil secara optimal apabila tidak dimulai dari pendidikan diri dan keluarga. Pendidikan diri adalah pendidikan terhadap pribadi-pribadi yang memikul tanggung jawab keluarga. Orang pertama yang bertanggung jawab terhadap keluarga adalah ayah dan ibu. Dari kedua orang inilah, pendidikan harus dimulai keberhasilan pendidikan tingkat awal ini akan membawa pada keberhasilan pendidikan disekolah dan masyarakat.
Pada akhirnya, tujuan pendidikan akan menjadikan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat bagi manusianya sendiri, selain itu pendidikan akan mendorong manusia untuk semangat dalam beribadah kepada Allah. Pendidikan juga bertujuan untuk pengembangan potensi manusia. Dengan demikian, diharapkan pendidikan dalam keluarga dapat dilaksanakan secara optimal.






Daftar Pustaka

Ahmad Mustafa Al-Maragi. 1986. Tafsir Al-Maragi Juz XXVII. Semarang: PT. Karya toha putra.

Gojali, Nanang. 2013. Tafsir dan hadis tentang pendidikan. Bandung.  CV.Pustaka setia.

Hamka. 1982. Tafsir Azhar Juz XIX. Jakarta: PT. Pustaka panjimas.
Munir Ahmad. 2008. Tafsir tarbawi. Yogyakarta: Teras.
M.Yusuf, Kadar. 2013.  Tafsir Tarbawi, pesan-pesan Al-Qur’an tentang pendidikan. Jakarta: AMZAH.











[1] Nanang Gojali, Tafsir dan hadis tentang pendidikan, (Bandung: CV.Pustaka setia, 2013), hlm. 246.
[2] Kadar M.Yusuf, Tafsir Tarbawi, pesan-pesan Al-Qur’an tentang pendidikan, (Jakarta: AMZAH, 2013), hlm.150.
[3] Ahmad Munir, Tafsir tarbawiI, (Yogyakarta: Teras, 2008), hlm. 100.
[4] Kadar M.Yusuf., Op.Cit, hlm153.
[5] Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi Juz XXVII, (Semarang: PT. Karya toha putra, 1986), hlm. 261.
[6] Hamka, Tafsir Azhar Juz XIX, (Jakarta: PT. Pustaka panjimas, 1982), hlm. 158-160.
[7] Ahmad Munir, Op,Cit., hlm. 116.
[8] Ahmad Mustafa Al-Maragi., Op. Cit, hlm.262.
[9] Nanang Gojali, Op,Cit., hlm.247-250.
[10] Ibid,hlm.176.

Comments

Popular posts from this blog

Makalah : Evaluasi Hasil Belajar (Psikologi Pendidikan)

PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tanpa halangan suatu apapun.               Dengan adanya evaluasi hasil belajar, seorang pendidik dapat melihat pencapaian belajar peserta didik. Melalui evaluasi yang tepat, pendidik dapat menyelesaikan masalah pembelajaran yang dialami siswa. Guru dapat memilih jenis evaluasi yang ada, berdasarkan kebutuhan siswa. Materi evaluasi hasil belajar perlu diberikan kepada mahasiswa program Pendidikan Guru MI (PGMI) sebagai bekal dan pengetahuan sebelum turun dilapangan.             Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Semoga dengan mempelajari evaluasi hasil belajar, kita dapat menambah wawasan dan dapat mengamalkannya. Pekalongan, Oktober 2016      Penulis DAFTAR ISI PRAKATA   .............................................

Makalah: Pembelajaran Keterampilan Menulis - Maharah Al-Kitabah (Pembelajaran Bahasa Arab)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI   ...............................................................................................      2 BAB I    PENDAHULUAN ..........................................................................      3   A. Latar Belakang Masalah ...................................................................      3   B. Rumusan masalah ..............................................................................      3   C. Tujuan Penelitian ...............................................................................      3 BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................      5 A. Pengertian Pembelajaran ....................................................................      5 B. Pembelajaran Keterampilan Menulis ..................................................      5 B. Langkah-langkah Pembelajaran Menulis ( Kitabah ) ............................      6 B. Kelebihan dan Kelemahan Pemb

Instrumen Penilaian Proses dan Hasil Pembelajaran dalam Bahasa Indonesia

BAB II PEMBAHASAN A.     Pengertian penilaian dan pengukuran Penilaian sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang siswa, baik yang menyangkut kurikulum program pembelajaran, iklim sekolah, maupun kebijakan – kebijakan sekolah. Menurut peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentag standar penilain mendefinisikan penilain adalah sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. [1] Secara formal hal ini dinyatakan sebagai salah satu prinsip penialain menurut peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian pendidian sebagai berikut : 1.          Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. 2.          Objektif, penilain didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi objektivitas peniali. 3.