BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Data
Dalam statistik, data merupakan bagian yang sangat
penting. Tanpa data, statistika bagaikan badan tanpa nyawa. Sebab, apa yang
akan dikumpulkan, diuji dan diinterprestasikan adalah kumpulan data. Sehingga
keberadaan data menjadi mutlak. Data yang dimaksud data dalam statistika adalah
kumpulan informasi dari suatu objek. Data bisa berbentuk bilangan maupun
nonbilangan.[1]
Data adalah sejumlah informasi yang dapat
memberikan gambaran tentang suatu kejadian atau masalah, baik yang berupa
angka-angka (golongan) maupun yang berbentuk kategori, seperti baik, buruk,
tinggi, rendah, dan sebagainya.
Pengertian lain tentang data ialah hasil pencatatan
peneliti, baik yang berupa fakta maupun angka-angka (Suharsimi, 1999).[2]
B. Pengumpulan Data
Pengumpulan data memegang peranan yang sangat
penting dalam mendapatkan informasi yang akurat. Data yang diperoleh dengan
cara yeng benar akan menghasilkan kesimpulan yang valid.
1.
Tahapan Pengumpulan Data
Pada tahapan pengumpulan data, bisa dibagi menjadi dua
tahap, yaitu :
a)
Tahap Persiapan
-
Menentukan dan merumuskan tujuan penelitian
secara baik
-
Menentukan metode yang akan digunakan
-
Menentukan teknik pengumpulan data
-
Menyusun pedoman daftar pertanyaan yang dapat
menjawab tujuan
-
Menentukan tempat dimana dat dikumpulkan dan
jumlah responden
-
Menentukan siapa pelaksana pengumpulan data
b)
Tahap Pelaksanaan
-
Pengumpulan data
-
Supervisi lapangan sebelum data dibawa untuk
diolah[3]
2.
Cara Mengumpulkan Data
Dilihat dari segi luasnya elemen yang menjadi objek
penelitian, pengumpulan data statistik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
sensus dan sampling.
a)
Sensus
Sensus ialah cara mengumpulkan data dengan jalan mencatat
atau meneliti seluruh elemen yang menjadi objek penelitian. Dengan kata lain,
sensus adalah pencatatan data secara menyeluruh (complete enumeration)
terhadap elemen yang menjadi objek penelitian, tanpa pengecualian. Kumpulan
dari seluruh elemen inti disebut populasi. Jadi pengumpulan data dengan
menggunakan cara sensus, objek penelitiannya adalah populasi.
Keuntungan menggunakan, hasil yang diperoleh
merupakan nilai karakteristik yang sebenarnya, karena sasaran penelitian
mencakup keseluruhan objek yang berada dalam populasi. Adapun kelemahannya
ialah, sensus merupakan cara pengumpulan data yang banyak memakan waktu,
tenaga, dan biaya.[4]
b)
Survei
Survei adalah cara pengumpulan data pada sebagian objek
yang akan diamati atau diukur dengan menggunakan teknik sampling.[5]
Dalam buku Pengantar Statistik Pendidikan, Anas Sudijono
mendefinisikan sampling sebagaia suatu cara mengumpulkan data dengan jalan
mencatat atau meneliti sebagian kecil saja dari seluruh elemen yang
menjadi objek penelitian. Dengan kata lain, sampling adalah cara mengumpulkan
data dengan mencatat atau meneliti sampelnya saja.
Dalam hal ini, survei memiliki beberapa
keuntungan yaitu biaya yang dikeluarkan tidak terlalu banyak karena hanya
sebagian anggota populasi saja yang diteliti, waktu yang dibutuhkan sebentar. Hal
ini disebabkan karena data yang dikumpulkan tidak banyak. Keuntungan lain dari
survei adalah tenaga yang dikeluarkan sedikit.[6]
3.
Teknik Pengumpulan Data
a.
Pengamatan (Observasi)
Pengamatan atau observasi adalah cara pengumpulan data dengan
terjun dan melihat langsung ke lapangan (laboratorium), terhadap objek yang
diteliti (populasi). Pengamatan disebut juga penelitian lapangan.
b.
Wawancara (Interview)
Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan langsung
mengadakan tanya jawab kepada objek yang diteliti atau kepada perantara yang
mengetahui persoalan dari objek yang sedang diteliti.[7]
Pengumpulan data dengan teknik wawancara
mempunyai beberapa keuntungan diantaranya: fleksibel karena urutan pertanyaan
tidak harus sesuai dengan daftar pertanyaan, jawaban dapat diperoleh dengan
segera, dapat menilai sikap dan kebenaran jawaban yang diberikan oleh responden
dalam mengingat hal-hal yang lupa.
Disamping keuntungan tersebut, pengumpulan
data dengan teknik wawancara juga memiliki beberapa kerugian atau kekurangan
yaitu: relatif membutuhkan tenaga, waktu dan biaya yang besar, dapat
menimbulkan kesalahan atau bias yang berasal dari pewanwancara maupun
responden, bila pertanyaan yang diajukan terlalu banyak maka akan melelahkan
sehingga kualitas data akan menurun.
c.
Pengukuran (measuring)
Proses pengambilan data dengan menggunakan alat ukur kita
sebut dengan pengukuran. Kegiatan pengumpulan data dengan cara pengukuran
biasanya dilakukan pada penelitian-penelitian laboratorium, penelitian
kesehatan, dan lain-lain.
d.
Tes dan skala obyektif
Tes dan skala obyektif adalah suatu cara mengumpulkan
data dengan memberikan tes kepada obyek yang diteliti. Dalam tes ini, peneliti
hanya memberikan lembaran berupa daftar pertanyaan yang mengarah pada
karakteristik seseorang. Kelemahan tes ini adalah hanya bisa dilakukan kepada
orang yang bisa membaca. Sedangkan responden yang buta aksara harus dilakukan
wawancara.
e.
Angket (kuesioner)
Angket ialah pertanyaan tertulis yang diajukan kepada
responden. Jawaban diisi sendiri oleh responden tanpa bantuan dari responden
lain maupun peneliti. Sehingga pertanyaan harus jelas dan tidak meragukan bagi
responden. Jawaban diisi oleh responden sesuai dengan daftar isian yang
diterima.[8]
f.
Penelusuran literatur
Penelusuran literatur adalah cara pengumpulan data dengan
menggunakan sebagian atau seluruh data yang telah ada atau laporan data dari
peneliti sebelumnya. Penelusuran literatur disebut juga pengamatan tidak
langsung.[9]
C. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah strategi yang
diterapkan oleh peneliti selama proses pengambilan sampel. Proses ini dilakukan
ketika para peneliti bertujuan untuk menarik kesimpulan untuk seluruh populasi
setelah melakukan penelitian pada sempel yang diambil dari populasi yang sama.
Jika sampling dilakukan dengan metode yang tepat, analisis statistik dari suatu
sampel dapat digunakan untuk menggeneralisasikan keseluruhan populasi.
1.
Syarat Sampel yang Baik
Secara umum, sampel yang baik adalah yang dapat mewakili
sebanyak mungkin karakteristik populasi. Dalam bahasa pengukuran, artinya
sampel harus valid, yaitu bisa mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Sampel
yang valid ditentukan oleh dua pertimbangan.
Pertama: Akurasi atau ketepatan, yaitu tingkat
ketidakadaan “bias” (kekeliruan) dalam sampel. Dengan kata lain makin sedikit
tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolak
ukur adanya “bias” atau kekeliruan adalah populasi.
Kedua: Presisi. Kriteria kedua, sampel yang baik
adalah memiliki tingkat presisi estimasi. Presisi mengacu pada persoalan
sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik populasi.
2.
Teknik Penentuan Ukuran Sampel
Ukuran sampel adalah jumlah sampel minimal yang harus
diambil dari populasi agar sampel minimal dikatakan representatif (mewakili).
Penentuan ukuran sampel tergantung dari populasinya yakni dilihat dari
homogenitas populasi dan besar populasi.
Berikut berbagai cara dalam menentukan ukuran sampel.
a)
Pendapat Slovin
Rumus Slovin memungkinkan peneliti untuk mengambil sampel
dengan tingkat akurasi yang diinginkan. Artinya, peneliti memiliki keleluasaan
tentang berapa besar ukuran sampel yang perlu diambil dengan cara menentukan
besarnya tingkat kesalahan (error) yang diinginkan.
Slovin mengemukakan bahwa jumlah sampel minimal agar
representatif adalah :
Keterangan:
n = jumlah sempel
N = jumlah Populasi
e = prosentasi kelonggaran kesalahan (misal
2%)
b)
Pendapat Gay
Menurut Gay, ukuran minimum sampel yang dapat diterima
berdasarkan desain penelitian yang digunakan adalah:
(1) Untuk penelitian deskriptif, minimal 10% populasi.untuk populasi relatif
kecil minimal 20% populasi. Dengan kata lain jumlah sampel antara 10% sampai
20%
(2) Untuk penelitian menggunakan teknik analisis korelasional minimal 30 obyek.
c)
Pendapat Kracjie
Hampir sama dengan Sovlin, hanya Kracjie dalam melakukan
perhitungan ukuran sampel didasarkan atas kesalahan 5%. Jadi sampel yang
diperoleh itu mempunyai kepercayaan 95% terhadap populasi.
3.
Teknik Pengambilan Sampel
Secara umum, terdapat dua teknik dalam mengambil sampel,
yaitu:
a.
Probability / Random Sampling
Pengambilan sampel secara acak merupakan pengambilan
sampel yang memberikan peluang sama bagi setiap anggota populasi untuk menjadi
anggota sampel.
1)
Sampel Acak Sederhana (Simple Random
Sampling)
Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika populasinya
homogen dan analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat umum.
Prosedurnya:
-
Susun sampling frame
-
Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil
-
Tentukan alat pemilihan sampel
-
Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi
2)
Sampel Acak Berstrata (Stratified Random
Sampling)
Pengambilan sampel dengan cara ini digunakan jika unsur
populasi berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas tersebut mempunyai arti
yang signifikan pada pencapaian tujuan penelitian.
Prosedurnya:
-
Siapkan sampling frame
-
Bagi sampling frame tersebut berdasarkan
strata yang dikehendaki
-
Tentukan jumlah sampel secara keseluruhan
-
Tentukan jumlah sampel dalam setiap strata
-
Pilih sampel dari setiap strata secara acak
3)
Sampel Pengelompokan/Gugusan (Clustur
Sampling)
Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan cara
pengambilan sampel berdasarkan gugus.
Prosedurnya:
-
Susun sampling frame berdasarkan gugus (pada
kasus di atas, elemennya ada 100 departemen)
-
Tentukan berapa gugus yang akan diambil
sebagai sampel
-
Pilih gugus sebagai sampel dengan cara acak
-
Teliti setiap pegawai yang ada dalam gugus
sampel
4)
Sampel Sistematis (Systematic Sampling)
Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak
dan tidak memiliki alat pengambilan data secara random, cara pengambilan sampel
sistematis dapt digunakan.
Prosedurnya:
-
Susun sampling frame
-
Tetapkan jumlah sampel yang ingin diambil
-
Tentukan K (kelas interval)
-
Tentukan angka atau nomor awal di antara kelas
interval tersebut secara acak atau random
-
Mulailah mengambil sampel dimulai dari angka
atau nomor awal yang terpilih
-
Pilihlah sebagai sampel angka atau nomor
interval berikutnya
5)
Sampel Wilayah (Area Sampling)
Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada
situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah.
Prosedurnya:
-
Susun sampling frame yang menggambarkan
peta wilayah (Provinsi), Kabupaten, Kotamadya, Kecamatan, Desa
-
Tentukan wilayah yang akan dijadikan sampel
-
Tentukan berapa wilayah yang akan dijadikan
sampel penelitiannya
-
Pilih beberapa wilayah untuk dijadikan sampel
dengan cara acak atau random.
b.
Sampel Tidak Acak
1)
Accidental Sampling
Dalam teknik ini, anggota populasi yang ditemui peneliti
dijadikan sampel. Sampel dipilih dengan pertimbangan kemudahan (Convenience
Sampling).
2)
Purposive Sampling
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau
tujuan tertentu.
Ada dua varian dari purposive sampling, yaitu:
(a) Judgment Sampling
Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia
adalah pihak yang paling baik untu dijadikan sampel penelitiannya.
(b) Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel
distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih secar acak melainkan
secara kebetulan saja.
3)
Sampel Bola Salju
Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu
tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang
berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti mengiginkan
lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang
lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel.[10]
[1] Yusuf Nalim & Salafudin, Statistika Deskriptif, (Pekalongan:
STAIN Pekalongan Press, 2012), hal.41
[2]Subana, Statistik Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hal.
19.
[4]Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1996), hal. 25-26.
[5]Yusuf Nalim & Salafudin., Op.cit, hal. 63.
[6] ibid
[7]Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif),
(Jakarta: Bumi Aksara,2003), cet.3, hal. 17.
[8] Salafudin & Yusuf Nalim, Statistik Inferensial, (Pekalongan:
STAIN Pekalongan press, 2014), hal. 61-64
[9]Iqbal Hasan., Op.cit, hal.17.
Comments
Post a Comment